Nutrisi dan Hormon Reproduksi Betina

Proses reproduksi dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik. Lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap reproduksi terutama pada asupan nurtisi. Sedangkan genetik memiliki nilai heritabilitas/daya waris yang kecil sehingga dibutuhkan waktu lama dan sulit dalam perbaikan reproduksi.
 

Nutrisi dapat mempengaruhi reproduksi secara langsung dan tidak langsung. Dimana pengaruh secara langsung yaitu nutrisi dapat menyediakan glukosa, asam amino, vitamin dan elemen kimia essensial lainnya. Sedangkan, pengaruh tidak langsung nutrisi terhadap reproduksi yaitu dapat memodifikasi hormon untuk meningkatkan kematangan sel telur, ovulasi, perkembangan embrio, pertumbuhan fetus dan daya tahan anak yang lahir.
 

Nutrisi utama yang mempengaruhi secara langsung dalam mengefiseinsikan proses reproduksi adalah ketersediaan glukosa. Glukosa merupakan sumber energi utama pada aktifitas ovarium. Nutrisi ini didapat dari zat makanan yang diserap oleh usus dan atau dari proses gluconeogenesis. Glukosa pada ovarium berperan sebagai sumber energi dalam merangsang sekresi hormon reproduksi seperti Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), estrogen dan progesterone di hipofisa juga di ovarium serta merangsang sekresi insulin, Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) dan Growth Hormon (GH).
 

Hormon-hormon reproduksi tersebut memiliki peran masing-masing yang perlu dijaga keseimbangannya. Dimana hormon FSH tersebut berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel folikel, LH merangsang terjadinya ovulasi, estrogen merangsang keluarnya hormon LH dan progesterone menghambat sekresi hormon FSH dan LH.
 

Pada ternak domba betina menghasilkan hormone reproduksi dari beberapa tempat yang berbeda. Di ovarium terjadi sintesis hormon progesterone, androstenedinone, estrogen dan inhibin. Dibagian placenta terjadi sintesis progesterone, estrogen, human chorionic gonadotropin, human placental lactogen dan inhibin. Sedangkan pada bagian uterus mensintesis hormon prolactin dan relaxin.
Hormon-hormon tersebut memiliki struktur kimia. Pertama hormon polipeptida yang terdiri dari insulin dan glucagon. Kedua hormon turunan asam amino terdiri dari epineprin, norepineprin, serotonin dan tiroksin. Ketiga hormon steroid (turunan kolesterol) terdiri dari Aldosteron, cortisol dan retinoic acid.  Terakhir hormon eicosanoid (asam tak jenuh ganda dengan 20 atom C) terdiri dari prostaglandin E dan thromboxane A2.
 

Pada struktur kimia turunan dari zat kolesterol mempengarui sintesa progesterone. Sebelum rangsangan pada progesterone, kolesterol yang di sintesis dari asetat akan merangsang menjadi pregnenolone untuk menjadi progesteron. Hormone progesterone pada adrenal meransang hormone kortisol untuk mempengaruhi metabolisme protein dan karbohidrat serta merangsang respon imun terhadap peradangan. Kedua didalam testes hormone progesterone merangsang hormon aldosterone yang berperan dalam regulasi reabsorbsi dari Na+, CT HCO3 dalam ginjal, serta merangsang hormone testosteron. Terakir hormon progesterone didalam ovarium akan merangsang hormon estradiol untuk merangsang hormone sek jantan dan betina, mempengaruhi karakteristik seksual sekunder dan mempengaruhi regulasi siklus reproduksi betina.

Hormon terdiri dari hormon protein dan hormon steroid. Hormon protein disintesa dalam bentuk preprohormone kemudian didalam rough endoplasm mic reticulum membentuk prohormone dan didalam apparatus golgi membentuk hormon aktif yang disimpan dalam bentuk granula sebelum dilepaskan secara eksositosis. Sedangkan, hormon steroid disintesa dari kolesterol didalam hati langsung dilepaskan begitu selesai disintesa dan tidak dilakukan penyimpanan.
 

Selain itu, ada system plasenta yang juga mempengaruhi dalam sintesa hormone reproduksi. Dimana plasenta merupakan organ ekstra embrioner yang berfungsi sebagai perantra dalam hubungan fisiologis antara fetus dengan induk serta sebagai organ sekresi internal dari beberapa hormone. pada anak, plasenta berupa selaput/membrane yang terdiri dari selaput chorion, selaput allantois dan selaput amnion.
 

Proses perkembangan embrio dari telur fertile menjadi 4 sel ke 8 sel menjadi morula, kemudian menjadi blastosis ke ekspanded blastosis ke hatched blastocyst kemudian implantasi.
Placenta berfungsi sebagai pengikat. Fiksasi ini cukup kuat untuk mencegah abortus pada periode kelahiran fiksasi melonggar karena reduksi volume vili yang bertautan antara induk fetus. Berperan dalam pengaturan system permeabilitas. Dimana system komunikasi darah antara anak-induk tidak ada tetapi melalui difusi barrier yiatu system membrane hidup. Antibody tertentu sulit melewati system memberan plasenta yaiut kolostrum penting dan pemberian pasca lahir.
 

Endokrinologi plasenta yaitu hormone utama plasenta ruminansia yaitu progesterone. Hormone lain yaitu progestin, estrogen dan lactogen plasenta.
 

Pada awal kebuntingan menghasilkan corpus luteum pada ovarium. CL berfungsi dalam menghasilkan progesterone (pemelihara kebuntingan). CL gradivitatum pada domba sampai 50 hari kebuntingan, pada sapi sampai 207 hari kebuntingan. Plasenta mengambil alih fungsi ovarium (corpus luteum) mulai memproduksi progesterone (pada semua ternak mamalia).
 

Masa kritis bagi induk pada awal kebuntingan, konsentrasi progesterone dalam darah induk tinggi yaitu diperlukan untuk mempersiapkan endometrium menerima embrio, corpus luterum dipertahankan selama masa kebuntingan
 

Transportasi nutrisi. Glukosa tersedia dalam plasenta dan fetus yang ditransfor melalui proses difusi. Asam amino yaitu konsentrasi asam amino dalam fetus lebih tinggi daripada dalam induk yaitu terjadi proses transport aktif.
 

Transportasi antibody yaitu transportasi immunoglobulin. Pada primate dan rodensia, transfer substansi imunogrlobulin G dari induk ke dalam sirkulasi darah fetal hingga dilahirkan melalui proses immunoglobulin dinding protein plasenta.
 

Pada sapi, domba, kuda dan babi. Tidak ada transfer immunoglobulin melalui plasenta tetapi antibody diabsorbsi melalui colostrum.
 

Anabolisme selama kebuntingan. Kebutuhan makanan selama periode kebuntingan yaitu fetus adalah prioritas utama dari pada induk. Makanan yang berimbang snagat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus. Pemberian pakan kepada induk harus terdiri dari 2 komponen kebutuhan yaitu untuk hidup pokok induk dan pertumbuhan fetus.
 

Prolactin hormone peptide yang diproduksi oleh pituitary anterior. Prolactin merupakan hormone kunci untuk menginisasi dan mempertahanan sekresi asi. Adanya reseptor pada putting susu, apabila dirangsang dengan isapan bayi akan menimbulkan  impuls yang dikirim ke nervus vagus dan dilanjutkan ke hipotalamus. Hipotalamus merangsa pituitri anterior untuk mengeluarkan prolactin yang menyebabkan produksi asi oleh alveoli mamae.
 

Kelahiran adalah serangkaian kejadian yang berakir dengan pengeluaran bai yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Saat partus prostaglandin yakni hormone pencetus kontraksi. Oksitosin merupakan hormone mempengaruhi kontraksi dinding uterus. Terdapat pula hormone secara tidak langsusng. Estrogen mempengaruhi hormone progesterone yang menghambat kontraksi unterus. Progesterone.
 

Pada domba peningkatan kadar cortisol fetus akan merubah produksi progesterone dari plasenta menjadi estrogen. Meningkatnya kadar cortisol fetus menstimulir pengeluaran adrenocorticotropik (ACTH) oleh pituitaria fetus dan cortisol serta produksi androgen oleh adrenal fetus. Estrogen meningkat menstimulasi myometrium untuk memproduksi prostaglandin. Prostaglandin kontrasi myometrium meningkatakan tekanan intrauterine dan mendorong fetus ke arah cervik dan menyebabkan servik dilatasi. Pada peristiwa ini induk akan menghasilkan oksitosin melalui glandula pituitary prosterior, sedangkan fetus akan memacu servik agar terus dilatasi yang disebut dengan reflex ferguson.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Nutrisi dan Hormon Reproduksi Betina"

Posting Komentar