Peternak Cerdas Hindari Dedak Padi Palsu



Oleh: Legi Okta Putra (Mahasiswa Ilmu Peternakan Universitas Andalas)

Pemalsuan sering terjadi di Indonesia mulai dari isu beras plastik, pemalsuan madu, susu dan lainnya. Bahkan saat ini dedak padi yang merupakan hasil sampingan dari pertanian juga menjadi target dalam pemalsuan. Namun masalah pemalsuan dedak padi tidak banyak diketahui media. Sehingga oknum banyak memilih bergerak di pemalsuan dedak padi.

Secara luas peternak rakyat Indonesia menggunakan dedak padi sebagai bahan pakan ternak sapi pedaging, sapi perah, kerbau, kuda, ayam pedaging, ayam petelur, dan bahkan burung. Peternak menggunakan dedak padi sebagai bahan bahan baku utama dan bahkan digunakan hanya sebagai tambahan campuran pakan. 

Seorang penelitian Murni.R, menyatakan dedak padi merupakan produk sampingan hasil pertanian yang memiliki kandungan protein 12-14%, lemak 7-9%, serat kasar 8-13 %, dan abu 9-12 %. Hasil sampingan pertanian ini mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak dengan kandungan nutris yang tinggi, harga dedak padi juga relative murah dibandingkan dengan bahan lain. 

Dedak padi mudah didapatkan di Indonesia karena produksinya mencapai 4 juta ton per tahunnya melalui proses penggilingan padi yang menghasikan beras, sekam dan dedak atau bekatul. Hasil sampingan pertanian sekam dan dedak dapat dimanfaatkan dengan baik, dengan salah satu cara sekam digunakan untuk litter (alas kandang ayam pedaging) dan dedaknya digunakan sebagai bahan pakan. Sehingga hasil pokok dan sampingan pertanian termanfaatkan dengan baik dan hasil sampingan tidak menjadi limbah yang akan selalu menumpuk setiap tahunnya. 

Kurangnya Pengetahuan 

Namun pada saat sekarang ini, banyak kalangan penyuplai melakukan pemalsuan dengan menambahkan sekam dan bahkan serbuk gergaji kedalam dedak padi. Kecurangan ini sering terjadi, karna penyuplai mengharapkan keuntungan banyak dari penambahan sekam sehingga merugikan peternak. Namun hal ini tidak banyak diketahui oleh media, sehingga tidak diketahui oleh banyak kalangan. 

Peternak tidak bisa membedakan dedak padi yang sudah tercampur sekam atau serbuk gergaji. Jika kita lihat dari, sektor pemerintah dalam mengontrol kecurangan-kecurangan yang terjadi. Dari kebijakan yang dimiliki pemerintah, salah satunya tentang pakan ternak, diantaranya pengontrolan bahan pakan dan pakan, standar kandungan pakan, keamanan pakan, dan lainnya. Namun pengontrolan kecurangan yang terjadi pada pemalsuan dedak, tidak bisa ditindak dengan baik oleh pemerintah. Karena pengontrolan hanya sebatas terlaksana di industry besar yang sedangkan dikalangan masyarakat kurang terkontrol dengan baik disebabkan penyuluh atau yang bertugas kurang amanah. Ini merupakan PR bagi pemerintah dalam membenahi Quality Control sehingga mendapatkan Quality Assurence. 

Mutu Pakan Menurun 

Kandungan serat kasar dedak padi menjadi meningkat karena adanya penambahan sekam atau serbuk gergaji. Peningkatan serat kasar tergantung pada konsentrasi penambahan sekam atau serbuk gergaji yang dimasukkan. 

Tingginya kandungan serat kasar pada suatu bahan pakan akan berpengaruh terhadap produksi yang akan dihasilkan. Dimana kandungan serat kasar pada suatu bahan pakan tinggi akan mengurangi kualitas pakan, khususnya pada hewan monogastrik yang salah satunya adalah unggas (ayam, burung, itik, dan lainnya). Unggas tidak memiliki enzim untuk mencerna serat kasar dalam jumlah yang besar. Jika bahan pakan yang digunakan mengandung serat kasar yang tinggi maka akan mempengaruhi produksi daging, susu atau telur. Hal ini dikarenakan saat proses pencernaan berlangsung nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan tidak bisa dicerna (dimanfaatkan) karena di ikat oleh serat kasar dan dibuang melalui anus. Sehingga nutrisi yang ada pada pakan terbuang dengan sia-sia. 

Untuk mendadpatkan produksi suatu peternakan membutuhkan biaya pakan 70% dari jumlah keseluruhan biaya yang digunakan. Kerugian dan kuntungan terletak pada penggunaan pakan yang baik (efektif dan efisien). Oleh sebab itu, para peternak perlu mengetahui kualitas dedak padi yang digunakan dalam bahan pakan, salah satunya pengujian terhadap kandungan sekam dalam dedak padi. 

Pengujian Sederhana 

Pengujian sederhana ini sudah dilakukan research oleh akademisi atau peneliti untuk mengetahui kandungan sekam dalam dedak padi hanya menggunakan bahan flourogucinol. Prinsip dasar dari flourolgucinol bereaksi dengan lignin. Reaksi yang terjadi antar flouroglucinol dengan lignin menghasilkan warna merah pada sekam yang mengandung lignin.


Langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam pengujian pemalsuan dedak sesuai dengan Praktikum kuliah Kebijakan dan Pengawasan Mutu Pakan S1 Fakultas Peternakan IPB adalah (1) membuat sampel dari 1 gr dedak padi yang berasal dari tumpukan dedak yang kemudian dimasukkan kedalam piring kaca, (2) Flourolgucinol dimasukkan 4 tetes kedalam sampel, (3) kemudian sampel di aduk-aduk sampai merata, (4) didiamkan sampai 10-15 menit, (5) dan lihat perubahan warna yang terjadi pada sampel. Hasil yang didapatkan jika berubah menjadi merah maka kandungan sekam atau serbuk gergaji pada dedak tinggi. Jika tidak terjadi perubahan warna maka dedak padi tidak mengandung sekam atau serbuk gergaji. Namun jika perubahan warna sedikit, kemungkinan dedak padi yang tercampur sedikit. 

Pengujian yang sederhana ini, bisa menjadi skill (kemampuan) peternak dalam menghindari dedak padi palsu. Perlakuan yang mudah dalam metode pengujian, memudahkan peternak dalam melakukan pengujian saat pembelian atau peninjauan. 

Pengetahuan dalam memilih bahan baku atau ransum pakan merupakan salah satu hal yang penting dalam beternak. Kita lihat kembali peternakan di Indonesia, lebih kurang 90 % berasal dari peternakan rakyat. Jika kualitas SDM-nya ditingkatkan maka peternakan Indonesia akan maju. Maka dengan metode pengujian yang sederhana ini membantu peternak dalam memilih bahan baku pakan.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Peternak Cerdas Hindari Dedak Padi Palsu"

Posting Komentar