Sapi lokal harus sama dengan ayam kampung

Ditatanan masyarakat, ayam kampung merupakan komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan ayam ras. Perbandingan harga dari berbagai jenis ayam merupakan suatu tolak ukur bahwa harga tinggi menentukan kualitasi disamping rasa yang enak.

Namun berbeda dengan Sapi lokal yang tidak memiliki harga jual seperti ayam kampung. Biasanya Sapi lokal selalu mengikuti harga pasar yang dipengaruhi oleh sapi ras yang didatangkan dari negara lain. Seharusnya, sapi lokal juga memiliki harga sendiri tanpa dipengaruhi oleh jenis sapi lain.

Majuanya peternakan Indonesia sangat ditentukan oleh perkembangan dari sapi lokal. Dilihat dari keberadaannya, memang sangat disayangkan karena jumlahnya yang sedikit. Bahkan genetiknya banyak yang disilangkan dengan jenis sapi lain oleh peternak. Sehingga kemurnian dari ternak kampung (baca: lokal) tidak bisa di pastikan 100% asli.

Sapi kampung di Indonesia sangat banyak, mulai dari sapi bali, madura, pesisir, aceh, dan lainnya. Jenis sapi lokal ini perlu ditingkatkan untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Ditingkatkan keunggulan genetik, kualitas daging dan lainya.

Apalagi kondisi peternakan di Indonesia yang sangat mendukung, dimana 93% dari seluruh kegiatan peternakan Indonesia adalah peternak rakyat. Hanya 7% dipegang oleh perusahaan sapi. Kebanyakan di peternak rakyat memilihara sapi lokal. Sehingga ketika perkembangan sapi lokal ditingkatkan maka kesejahteraan peternak akan meningkat.

Sekarang ini, tidak perlu mempedulikan sapi yang datang dari luar. Bahkan perlu untuk mengimpor sapi ras dari luar secara banyak, untuk menurunkan harga daging sapi. Namun perlu untuk dingat, ketika sapi luar masuk ke Indonesia maka harganya harus turun. Sedangkan sapi lokal akan selalu di tingkatkan kualitasnya dan harganya harus tinggi. Pasar yg dituju pun dari kalangan menengah keatas. Kalo bisa Sapi kampung perlu disiapkan untuk ekspor ke negara tetangga yang notabenenya kelas ekonomi atas.